Pembatasan Kentang Goreng McDonald’s, Momentum Makan Lebih Sehat

Gustia Martha Putri

Gustia Martha Putri

Akhir Januari lalu gerai waralaba fast food McDonald’s Indonesia mengumumkan bahwa mereka mengalami krisis kentang goreng. Akibatnya menu kentang goreng McDonald’s ukuran besar ditiadakan sementara. Bukan hanya di Indonesia, sebelumnya menu kentang goreng McDonald’s di Jepang dan Malaysia juga mengalami nasib serupa. Hal tersebut terjadi karena pasokan bahan baku untuk kentang goreng MacDonald’s jauh menurun.

Banjir skala besar yang terjadi di Bristis Columbia dan Kanada merupakan penyebab penurunan drastis pasokan kentang. Kedua negara tersebut memang merupakan produsen kentang gerai waralaba McDonald’s secara global.

Memang krisis pasokan tersebut berpengaruh pada gerai waralaba internasional, namun sebenarnya hal tersebut bisa #Eatizen jadikan momentum untuk makan lebih sehat. Mengurangi keinginan untuk mengunyah kentang goreng. Banyak yang menganggap french fries atau kentang goreng adalah pengganti nasi dengan kalori yang lebih rendah. Ups, benarkah begitu?

Daya Pikat Kentang Goreng

Pernah tidak kamu merasa susah banget menolak kentang goreng? Tenang, banyak yang senasib dengan kamu. Kentang goreng yang digunakan oleh gerai fast food memang sengaja dibuat memikat. Kentang goreng tersebut bukan sekadar kentang biasa yang dipotong-potong, lalu digoreng.

Setiap batang kentang goreng memang diolah sedemikian rupa menggunakan berbagai bahan yang membuat nafsu makan meningkat dan kamu sulit untuk menolaknya. Kentang goreng tersebut dikemas menggunakan minyak nabati, seperti minyak canola, minyak jagung, minyak kedelai, dan minyak kedelai terhidrogenasi, sehingga aromanya bisa sangat menggoda.

Bahan lain yang paling bertanggung jawab membuat kamu ketagihan kentang goreng adalah perasa daging sapi alami. Tidak, kamu tidak salah baca. Dalam kentang goreng ada perasa daging sapi alami. Ditambah dengan gandum terhidrolisis dan susu terhidrolisis, rasa kentang goreng semakin gurih dan membuat air liur mengalir.

Gandum dan susu yang mengalami proses hidrolisis akan menyebabkan nutrisi alami dalam makanan hilang karena panas dan bahan kimia. Kedua bahan justru akan menghasilkan MSG, yang membuat kamu tak sadar mencomot dan mencomot lagi kentang goreng.

Selain itu ada bahan-bahan kimia lain, seperti dekstrosa, asam natrium pirofosfat, dan garam. Ternyata banyak sekali bahan dalam setiap batang kentang goreng, #Eatizen. Terbayang kan, bagaimana kalau kamu sering-sering menyantap kentang goreng ukuran besar. Jangankan yang besar, yang ukuran kecil atau medium pun bisa mengganggu kesehatan kamu.

Cara Lebih Sehat Mengolah Kentang

Meski sangat memikat, kentang goreng di resto cepat saji memiliki dampak nyata bagi kesehatan. American Journal of Clinical Nutrition membebeberkan hasil studi yang menghubungkan kebiasaan mengonsumsi kentang goreng cepat saji porsi besar setidaknya dua kali seminggu dengan peningkatan risiko kematian dini.

Ini karena kentang goreng di resto cepat saji yang diolah dengan berbagai bahan tersebut memiliki kandungan kalori tinggi, lemak jenuh, dan garam. Sehingga dapat meningkatkan risiko obesitas maupun hipertensi.

Padahal kentang sendiri kaya nutrisi, antara lain protein, karbohidrat, lemak, potasium, dan vitamin C. Ironisnya, vitamin C justru paling banyak terdapat pada kulit kentang. Padahal bagian inilah yang sering dihilangkan.

Karena itu agar kamu mendapat manfaat maksimal dari kentang sebaiknya olah sendiri kentang dengan menggunakan kulitnya. Kamu bisa memanggang kentang dengan sebelumnya mengolesinya dengan minyak zaitun dan menaburinya dengan garam dan merica. Atau kamu bisa mengukus atau merebus kentang bersama kulitnya.

Apapun pilihan kamu, yang penting kamu bisa menggunakan momentum langkanya kentang goreng di McDonald’s menjadi pilihan yang lebih sehat. Anggap saja blessing in disguise, #Eatizen