Kamu tentu pernah mengonsumsi setidaknya satu dari makanan berikut: tempe, yoghurt, oncom, tape, kimchi. Yup, semua itu adalah makanan fermentasi. Pernahkah kamu memikirkan bagaimana proses pembuatan makanan fermentasi? Mengapa harus ada makanan alternatif ini kalau makanan biasa saja sudah cukup enak?
Selain sehat, makanan fermentasi pun membantu mengurangi carbon footprint atau jejak karbon. Kok bisa? Yuk, telusuri penjelasannya pada uraian mengenai makanan fermentasi berikut ini.
Makanan Fermentasi dan Prosesnya
Menurut Healthline, fermentasi adalah proses kimiawi alami di mana mikroorganisme seperti jamur dan bakteri mengubah zat gula menjadi alkohol atau asam. Alkohol dan asam ini akan menghasilkan rasa tajam dan lezat tersendiri pada makanan.
Tidak hanya perihal rasa, proses fermentasi menghasilkan bakteri baik atau probiotik. Bakteri baik ini sangat bermanfaat bagi pencernaan manusia. Ini adalah pilihan cerdas di antara pilihan makanan alternatif lain.
Manfaat Makanan Fermentasi
Makanan fermentasi memberi banyak manfaat bagi kesehatan. Di antara manfaat tersebut adalah:
- menyehatkan pencernaan
- meningkatkan daya tahan tubuh
- membantu menurunkan berat badan
- memelihara kesehatan organ hati
Uniknya lagi, tidak hanya kesehatan fisik, makanan fermentasi mampu membantu memelihara kesehatan mental kamu. Hal ini ditemukan melalui sebuah penelitian, di mana probiotik Lactobacillus helveticus dan Bifidobacterium longum dapat mengurangi simtom kecemasan dan depresi. Keduanya merupakan probiotik di dalam makanan fermentasi.
Meski ‘terkontaminasi’ jamur atau bakteri, makanan fermentasi rupanya memberi banyak manfaat, ya? Jika melalui pengolahan yang benar, makanan yang nyaris menjadi ‘sampah’ ini justru berubah menjadi makanan baru dengan rasa yang khas. Hasil fermentasi seperti ini menjadi makanan alternatif selain whole foods yang juga menyehatkan sekaligus ramah lingkungan.
Menyulap Sampah dengan Fermentasi
Fermentasi memiliki peran dalam mengurangi carbon footprint atau jejak karbon. Kalau sejak tadi cuma soal makanan, ada fakta lain lagi mengenai fermentasi. Fermentasi rupanya juga bisa menyulap ‘sampah’ secara harfiah, lho.
Fermentasi berkontribusi dalam mengurangi carbon footprint atau jejak karbon. Tahukah kamu kalau sampah sisa makanan bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai? Tidak hanya sisa makanan, tapi juga sampah pertanian dan perkebunan. Melansir suara.com, sampah yang sudah diklasifikasikan berdasarkan jenisnya akan melalui proses fermentasi khusus. Hasilnya adalah sumber energi yang dapat menggantikan kayu bakar, bensin, gas, bahkan solar.
Maka dari itu makanan fermentasi dan proses fermentasi itu sendiri sangat ramah lingkungan. Dari alam, untuk alam. Fermentasi menghasilkan makanan alternatif yang sehat, sekaligus menjadi metode untuk mengurangi sampah dan carbon footprint. Bila terus diupayakan, dampak pemanasan global bisa berkurang karena emisi karbon menurun. Kamu yang mengonsumsinya pun mendapatkan manfaatnya.
Satu lagi cara kamu temukan untuk tubuh dan lingkungan yang lebih sehat. Kalau kamu mencari makanan alternatif selain yang biasa kamu konsumsi, makanan fermentasi bisa menjadi pilihan. Mengonsumsi makanan fermentasi adalah salah satu jalan ramah lingkungan untuk mendapatkan asupan sehat. Sekaligus, membantu mengurangi carbon footprint atau jejak karbon.
Makanan fermentasi apa yang jadi favoritmu, #Eatizen?