World Wide Fun for Nature (WWF) dalam laporannya menyebutkan bahwa pola makan memiliki peran penting dalam mengatasi masalah kesehatan dan lingkungan. Dan pola makan plant based atau berbasis tumbuh-tumbuhan merupakan pola makan yang dianjurkan WWF. WWF menyebut pola makan plant based dengan ‘planet based diet’. Sebenarnya banyak keuntungan lain yang bisa #Eatizen dapatkan ketika menerapkan pola makan plant based ini.
Mengapa pola makana plant based dikatakan lebih ramah lingkungan? Ini karena pola makan ini lebih sedikit menghasilkan gas rumah kaca dibanding daging. Coba kamu bayangkan bagaimana perjalanan sepotong daging rendang yang kamu santap tak kurang dari 10 menit. Mulai dari peternakan dan pemotongan sapi, lalu proses distribusi, pemasaran, pemasakan, hingga berakhir di piring kamu.
Semua proses itu menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tidak sedikit. Bandingkan dengan apabila kamu mengonsumsi sayur dan buah. Terlebih bila kamu mendapatkan sayur dan buah tersebut di lokasi yang dekat dengan rumah kamu. Lebih ideal lagi bila kamu menanamnya sendiri di rumah. Wah, makin minim pengeluaran karbon kan.
Susah, tak ada lahan? Jangan takut, sudah banyak bukti bahwa menanam sayur dan buah bisa dilakukan di lahan yang sangat sempit, bahkan di dalam pot. Selain itu kamu bisa menggunakan sisa sayur dan kulit buah menjadi kompos atau pupuk. Coba cari inspirasinya di sini.
Permakultur
Inilah salah satu gaya berkebun yang cocok diterapkan di lahan sempit. Kata permakultur merupakan gabungan dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu permanent dan agriculture, yang berarti pertanian permanen.
Dengan permakultur kamu bisa menanam buah, sayur, atau tanaman hias dalam satu tempat. Cocok ‘kan untuk kamu yang hanya punya lahan kecil? Kamu hanya perlu menanam sesuai dengan kebutuhan kamu. Misalnya, kamu hanya perlu tomat, cabai, bawang, dan bunga mawar, maka tanaman itu yang kamu tanam. Dengan sistem ini risiko terkena hama jadi sangat kecil.
Urban farming
Bila kamu punya lahan yang cukup luas, misalnya rooftop, balkon, atau pekarangan, gaya urban farming ini bisa kamu terapkan. Urban farming atau pertanian perkotaan adalah pemanfaatan ruang terbuka menjadi lahan hijau untuk menghasilkan produk pertanian.
Beberapa tanaman yang kerap ditanam adalah sayuran hijau, seperti sawi, kangkung, bayam, pakcoy. Juga berbagai umbi-umbian, seperti ubi jalar, singkong, kentang. Atau bisa juga tanaman rempah misalnya jahe, serai, kunyit, dan sebagainya. Bila masih ada lahan yang cukup bisa dikombinasikan dengan budi daya ikan atau beternak ayam.
Aquaponik
Punya kolam ikan tapi ikannya sering mati? Coba kamu bercocok tanam dengan teknik aquaponik. Aquaponik adalah teknik bercocok tanam dengan memelihara tanaman dan ikan dalam satu wadah. Dengan teknik aquaponik, tanaman bisa memanfaatkan unsur hara dari kotoran ikan yang bila dibiarkan di kolam justru akan menjadi racun bagi ikan.
Selain sebagai filter vegetasi yang mengurai racun, tanaman juga menyuplai oksigen pada air yang dibutuhkan oleh ikan. Tanaman yang ditanam bisa bermacam-macam, seperti terong, cabai, tomat, melon, dan lain-lain. Tanaman tersebut diletakkan di paralon yang melintang di atas kolam. Paralon tersebut dilubangi sebagai tempat menaruh pot. Sedangkan ikan yang digunakan bisa apa saja, biasanya ikan yang bisa sekaligus dikonsumsi, misalnya ikan nila.
Itulah beberapa cara berkebun di rumah yang bisa kamu coba. Dengan menerapkan pola makan plant based, apalagi menggunakan sayur dan buah dari hasil kebun sendiri, #Eatizen sudah sangat berkontribusi dalam kelestarian lingkungan. Dan pastinya, kamu lebih hemat dan sehat.