Home » Ibu Menyusui Rawan Dehidrasi saat Puasa Ramadan, Begini Cara Mencegahnya

Ibu Menyusui Rawan Dehidrasi saat Puasa Ramadan, Begini Cara Mencegahnya

Ibu menyusui diperbolehkan tidak menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Walau demikian, tak jarang ibu menyusui yang ingin tetap berpuasa. 

Tentu saja ada banyak hal yang harus diperhatikan ibu menyusui saat mantap berpuasa di bulan suci. Menurut ahli gizi lulusan University College Dublin, Rachel Olsen, salah satunya adalah memastikan sang ibu tidak dehidrasi.

“Pastikan tidak dehidrasi, jadi minum tiga liter air per hari,” ungkap Rachel kepada Eathink baru-baru ini.

Rachel menyebutkan beberapa tanda dehidrasi yang perlu diwaspadai. Saat dehidrasi, ibu menyusui mungkin mengalami tekanan darah rendah, pusing, dan pandangan berkunang-kunang. Urin yang berwarna pekat saat buang air kecil juga bisa jadi pertanda dehidrasi.

“Jadi untuk ibu menyusui, sebaiknya membatalkan kalau ada tanda-tanda dehidrasi atau ASI seret juga,” kata Rachel.

“Kalau ibu sehat, asupan makanannya cukup, tidak dehidrasi, dan tidak punya masalah kesehatan, puasa itu aman banget,” imbuhnya.

Manfaat puasa untuk ibu menyusui sendiri cukup banyak. Rachel memaparkan, berpuasa membantu meningkatkan sistem imunitas tubuh, menjaga asupan kalori, mencegah diabetes dan tekanan darah tinggi serta baik pula untuk kesehatan jantung.

Di sisi lain, puasa di bulan Ramadan bagi ibu menyusui juga dapat memengaruhi produk ASI. Oleh karenanya, penting untuk menjaga pola makan sehat agar kebutuhan nutrisi dan kalori tetap tercukupi.

“Total kalori yang kita konsumsi di saat hamil meningkat sebanyak 20 persen, jadi kalorinya bisa menjadi 500 kalori lebih banyak dan kalau kita kurang, pastinya juga ASI bisa berkurang,” ujar Rachel.

Rachel lalu menjelaskan, ibu menyusui sebaiknya meningkatkan asupan protein yang bisa berasal dari daging ayam, ikan, tempe, tahu, maupun kacang-kacangan dan biji-bijian. Penting juga untuk mengonsumsi makanan yang kaya vitamin A, D, dan C serta asupan tinggi mineral. 

Jika perlu, konsumsi suplemen yang mengandung vitamin D yang berperan besar dalam kelancaran produksi ASI.

Meski begitu, Rachel pun berharap ibu menyusui tidak memaksakan diri apabila memang kondisinya tidak memungkinkan untuk berpuasa di bulan Ramadan. Salah satunya jika bayi yang dilahirkan belum berusia enam bulan sehingga kebutuhan energi dan nutrisi umumnya hanya berasal dari ASI.

“Sebelum usia enam bulan, mungkin bisa dipikirkan lagi, apakah sebaiknya tunggu dulu. Ketika bayi sudah 6 bulan ke atas, baru mulai puasa,” ucap Rachel.

Oleh
SHARE ARTIKEL INI
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Stay up to date with Eathink

Artikel Terkait

Makanan Fermentasi: Makanan Alternatif Sehat yang Bantu Kurangi Jejak Karbon
Jadi Konsumen Cerdas dengan Makan Whole Foods yang Ramah Lingkungan
Cek Kapan Saat Tepat Mengonsumsi Buah Berdasarkan Musim
Alasan Mengapa Kamu Sebaiknya Pilih Seasonal Food
Scroll to Top

Buka katalog kami dengan

Scan kode QR dengan kamera smartphone-mu.