Tahukah kamu, menurut data yang disampaikan Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa pada 9 Juni 2021, jumlah sampah makanan di Indonesia sudah mencapai 23 juta ton – 48 juta ton setiap tahunnya pada periode 2000 – 2019. Wow, banyak banget ya #Eatizen! Padahal jika dimanfaatkan dengan baik, sampah makanan justru bisa digunakan untuk keberlangsungan hidup kita, lho.
Iya, kamu nggak salah baca, kok, #Eatizen. Sampah makanan yang kamu buang bisa dimanfaatkan menjadi sumber daya yang berguna, misalnya diolah menjadi kompos. Seperti yang #Eatizen tau, kompos bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan. Keren, kan?
Jadi, daripada membuang sisa makanan kamu ke tempat sampah, lebih baik diolah agar bermanfaat untuk kehidupan. Lalu bagaimana cara mengolahnya?
Kenali Dulu Beragam Jenis Sampah Makanan
Seperti yang dilansir dari situs litbang pertanian, sampah makanan terbagi menjadi tiga yaitu:
- Sampah organik hijau, terdiri dari sisa sayur mayur yang kamu gunakan untuk membuat makanan. Contohnya : sisa kulit kentang, kulit/ potongan wortel, atau kulit dan sisa potongan buah-buahan, dan sampah dari kebun (rumput, dedaunan, ranting, buah).
- Sampah organik hewan yaitu sisa ikan, udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya digunakan untuk membuat makanan.
- Sampah anorganik adalah jenis sampah yang tidak bisa diurai secara alami, seperti wadah makanan yang terbuat dari kertas, karton, besek, kaleng, bermacam- macam jenis plastik, styrofoam, dll.
Dampak Sampah Makanan Jika Tidak Dimanfaatkan
Walau sampah makanan yang kamu hasilkan setiap hari tidak memiliki jumlah yang banyak, namun jika dikumpulkan selama berhari-hari, berminggu-minggu atau bahkana bertahun-tahun tentu jumlahnya menjadi lebih besar. Bila sampah makanan dibiarkan terus, maka akibatnya:
- Menimbulkan pemandangan yang kotor dan kumuh hingga membuat rasa tidak nyaman bagi kamu dan tetangga sekitarmu.
- Sampah wadah makanan seperti kaleng dan styrofoam bisa menjadi sarang nyamuk jika menampung air hujan.
- Tumpukan sampah pada aliran air di selokan atau sungai bisa menyebabkan banjir. Nggak cuma itu, air sungai dan air tanah juga jadi tercemar, lho.
Langkah-langkah Membuat Kompos dari Sampah Makanan
Sebelum melakukan composting sampah makanan, kamu perlu menyiapkan wadah pengolahan komposnya terlebih dahulu.
- Siapkan beberapa tempat pembuangan untuk jenis sampah yang berbeda yaitu untuk sampah organik dan anorganik.
- Siapkan bak plastik atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Lubangi bagaian dasarnya agar sisa air di dalam sampah bisa terbuang keluar. Tempatkan wadah tersebut di atas tanah atau paving block sehingga air yang keluar bisa meresap ke tanah. Jika bahan-bahan untuk membuat kompos sudah dimasukkan ke dalam wadah, tutupi bagian atasnya dengan karung goni atau anyaman bambu. Pastikan tak ada air yang masuk ke dalam wadah kompos ini (harus terlindungi dari hujan).
Jika wadah sudah disiapkan, kamu bisa mulai melakukan composting sampah makanan, caranya:
- Masukkan sampah organik ke dalam wadah tersebut.
- Tambahkan kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) di bagian atasnya. #Eatizen juga boleh mencampurkan kotoran ternak (ayam atau sapi) pada lapisan ini.
- Kamu bisa mengolah kompos dengan membuatnya sekaligus atau bertahap. Jika bertahap, kamu bisa menambahkan sampah baru setiap dua hari sekali. Untuk mempercepat pengomposan, tambahkan bio-activator seperti EM4, Stardec atau Bio-Triba.
- Proses pengolahan kompos memerlukan waktu 5 -6 minggu. Saat warna kompos hitam dan tidak berbau sampah artinya kompos siap digunakan.
- Jika diperlukan, kamu bisa mengayak kompos untuk memisahkan bagian yang kasar dan halus. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam wadah sebagai activator.
Gimana #Eatizen, ternyata mudah, kan, mengolah sampah makanan menjadi kompos? Yuk, cobain!